You must have JavaScript enabled in order to use this theme. Please enable JavaScript and then reload this page in order to continue.

Sistem Informasi Desa Taibah Raya

Kec. Tatah Makmur, Kab. Banjar, Prov. Kalimantan Selatan

Wasiat Tuan Guru Marzuki, Tokoh Ulama Terkenal Di Era Tahun 30 M


BANJARMASIN, koranbanjar.net – Tuan Guru Marzuki adalah seorang tokoh ulama terkenal di tahun 1930 Masehi, bukan saja masyarakat muslim Kalimantan Selatan, namun juga banyak ulama-ulama besar yang mengenalnya, khususnya ulama sepuh (guru yang lebih tua) di Kota Serambi Mekah, Martapura.

Baru-baru tadi, telah dilaksanakan haulnya yang ke-41, di mana beliau wafat di usia sekitar 54 tahun atau berdasarkan keterangan manakib yang ditulis oleh salah satu jamaah beliau, Guru Marzuki tutup usia pada Kamis malam, jam 20.00 WITA, tanggal 18 Mei 1979 Masehi. Dimakamkan di Desa Tatah Bahalang (Thaibah Raya) Kecamatan Tatah Makmur, Kabupaten Banjar.

Ada beberapa wasiat yang dituturkan oleh salah satu anak murid Syekh Haji Kasyful Anwar Martapura ini semasa hidupnya, di antaranya dalam bahasa Banjar, “Kakanakan itu yang menjadikan bagus atau kada bagusnya yaitu abah mamanya, jaga hati, lawan anak jangan disakiti, jangan marah, jaga muntung lawan anak jangan kasar, lemah lambut berkata-kata terhadap anak,” pesannya.

Keterangan ini berdasarkan manakib yang diberikan oleh cucu beliau bernama Arif Rahman Hakim dan Muhammad Bahrul Ilmi kepada koranbanjar.net, saat berkunjung ke rumah mereka yang berdekatan dengan makam kakeknya, Minggu(23/2/2020) di Jalan Kubah Sari, Desa Thaibah Raya Kabupaten Banjar.

Masih tentang wasiat, Guru Marzuki berucap hormati ulama, baik sangka terhadap orang Islam. Kemudian murahkan hati, maniskan muka terhadap orang lain, baik melalui isyarat badan, atau melalui hati. Mudahkan hati memaafkan kesalahan orang yang berbuat jahat, dan jangan bermusuh-musuhan sesama umat Islam. Jangan tamak, dan hati berpegang teguh selalu kepada Allah.

Jangan menggaduhi urang, jangan katuju adu asah, urang yang iri kepadamu serahkan haja semua kepada Allah,” ucapnya.

Diceritakan dalam manakib, pada tahun 1976 Tuan Guru Marzuki pernah mengadakan pengajian di Masjidil Haram kepada jamaah haji Indonesia yang berdiam di Kota Mekkah atau menginap di Mekah waktu itu..

Marzuki bin Madhan, nama sewaktu muda beliau, berasal dari Kampung Lok Bangkai, Amuntai, Hulu Sungai Utara(HSU), lahir pada tahun 1912 Masehi (1333 Hijriah). Mengawali pendidikan di Madrasah Normal Amuntai. Salah satu teman satu angkatan, adalah Tuan Guru H.Ideham Khalid, wafat di Jakarta.

Dari Amuntai, hijrah ke Kota Intan Martapura, menuntut ilmu di Pondok Pesantren Darussalam. Adapun guru-gurunya adalah Syekh Kasyful Anwar, Syekh Abdul Qodir Hasan, Syekh Ismail Khatib, Syekh Muhammad Thoha, dan yang terakhir Syekh Zainal Ilmi.

Teman beliau satu pondok di antaranya, Tuan Guru Salman Mulia Martapura, Tuan Guru Syarwani Abdan dari Bangil, Tuan Guru Sya’rani Arif, Kampung Melayu, Tuan Guru Salman Ma’ruf, Husien Qadri, dan Salman Djalil dalam pagar Astambul Martapura.

Sekilas mengenai keramat, salah satu yang sangat santer dibicarakan di kalangan murid beliau adalah, ketika hendak pergi memenuhi undangan ceremah di Masjid Darrusa’ adah Desa Tatah Bangkal Darat, saat itu sedang hujan lebat. Namun, sepanjang perjalanan, hujan lebat itu melewati badannya.

Sebelum meninggalkan dunia fana ini, Guru Marzuki sempat mengarang sebuah kitab berisi tentang Tauhid, diberi nama Fathurrahman.(yon)

Bagikan artikel ini:
Komentar